Buku baru punya sindi.
Selasa, 21 Oktober 2014
Bono U2 Berjuang Hadapi Glaukoma
Selama ini kita mengira kacamata gelap yang dikenakan Bono U2
demi fesyen seorang bintang rock semata. Namun, ternyata kacamata itu
digunakan untuk membantunya menghadapi penyakit glaukoma yang dihadapi
Bono selama bertahun-tahun.
Ia mengatakan menderita penyakit
glaukoma selama sekitar 20 tahun. Jika tak diobati, glaukoma menyebabkan
kerusakan penglihatan, bahkan kebutaan.
Hingga sekarang kacamata
itu tetap digunakan di dalam ruangan. Dalam rekaman acara untuk BBC, ia
menjelaskan, kacamata gelap itu membantunya mengatasi permasalahan
penglihatannya. Sebagaimana diketahui, glaukoma menyebabkan mata
sensitif terhadap cahaya dan kacamata gelap dapat meringankan
sensitivitas mata terhadap cahaya.
Bono mendapatkan pengobatan yang baik dan ia mengaku akan baik-baik saja. Glaukoma
menyebabkan penumpukan tekanan di bola mata ketika cairan di mata tidak
mengering dengan benar. Hal ini dapat merusak saraf optik di mata. Bila
tak diobati, mata bisa kehilangan penglihatan periferal dan akhirnya
kehilangan penglihatan sama sekali.
Diagnosis dini bermanfaat
mencegah memburuknya penglihatan lebih jauh. Pengobatan dengan laser,
obat tetes mata, dan tindakan bedah bisa menghentikan pemburukan. Meski
demikian, kerusakan saraf optik tidak bisa dipulihkan.
Untuk
sebagian besar jenis glaukoma, tak terlihat dengan jelas
gejala-gejalanya karena penyakit ini berkembang sangat lambat.
Masyarakat sering tidak menyadari penglihatan mereka memburuk karena
bagian pertama penglihatan yang rusak adalah penglihatan tepi atau
periferal. Dari tepi, penglihatan memburuk perlahan-lahan menuju bagian
tengah mata.
sumber: http://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/10/21/kisah-bono-u2-berjuang-hadapi-glaukoma-selama-20-tahun
Banyak Pasien WNI yang Dibohongi Di Luar Negri
Warga Negara Indonesia (WNI) diminta tidak terlalu memuja pengobatan
kesehatan di luar negeri. Selain hasilnya tidak optimal banyak dari WNI
yang berobat di luar negeri seperti Singapura atau Malaysia hanya dibohongi saat memeriksakan kesehatannya.
"Pasien dari Indonesia banyak yang dibohongi. Di Singapura pelayanannya juga lambat,” ujar Anggota DPR dari Fraksi Partai PDI Perjuangan Imam Suroso
di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (21/10/2014). Tidak hanya itu, Imam juga
mengaku memiliki pengalaman buruk saat berobat di luar negeri.
Ketika itu, ia membawa anaknya di salah satu rumah sakit di
Singapura. Salah satu hambatan, katanya, ialah menyangkut komunikasi.
“Saya sudah pernah membuktikan sendiri. Dokternya berbahasa Inggris
sulit lakukan pendalaman. Kendala bahasa inilah yang membuat banyak
pasien asal Indonesia tidak memahami prosedur pengobatan yang mesti
ditempuh,” ucapnya.
Karena itulah Imam berharap kepada pemerintah Indonesia agar terus
melakukan upaya strategis demi menekan jumlah pasien WNI ke luar negeri.
Berobat di dalam negeri katanya lebih baik karena belum tentu fasilitas
pengobatan atau tenaga medis di luar negeri unggul.
“Fasilitas pengobatan maupun tenaga medis di luar negeri tidak
selamanya lebih unggul. Peralatannya lebih canggih kita. Sumber dayanya
(tenaga medis) juga lebih hebat kita,” katanya.
Menurutnya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri terkadang hanya mengedepankan gengsi sosial.
"Dokter-dokter Singapura dan Malaysia dulu belajarnya dari kita,” ujarnya.
Sumber: http://www.tribunnews.com/kesehatan/2014/10/21/jangan-berobat-ke-luar-negeri-banyak-pasien-wni-yang-dibohongi
Langganan:
Komentar
(
Atom
)
© Buku Baru 2013 . Powered by Bootstrap , Blogger templates and RWD Testing Tool Published..Gooyaabi Templates